Masjid
ini adalah masjid yang paling popular di kota Jeddah bagi para
jamaah haji ataupun jamaah umroh, termasuk jamaah asal Indonesia. Nama ‘masjid
terapung laut merah’ seolah telah melekat dalam daftar kunjungan yang disiapkan
oleh para penyelenggara ibadah haji dan umroh di tanah air, walaupun sebenarnya
tak ada keistimewaan apapun dalam kaitannya dengan ibadah haji ataupun umroh
dengan masjid satu ini, tak ada kaintannya juga dengan sejarah Islam serta tak
ada keistimewaan pahala sholat di masjid ini, kunjungan ke sini hanya sebatas
wisata.
Awalnya
masjid ini sempat diberi nama masjid Fatimah, dikemudian hari pengunjung ke
masjid ini se-akan terpeleset lidah menyebut nama masjid ini menjadi Masjid
Fatimah Az-Zahra, dan dikait kait kan dengan Nama putrid Rosulullah S.A.W
tersebut, sampai kemudian pemerintah Saudi Arabia mengubah nama masjid ini
menjadi Masjid Arrahmah hingga hari ini. penggantian nama tersebut memang
disengaja, salah satu alasannya adalah untuk menghindari salah pengertian
diantara para jemaah terkait dengan keberadaan masjid ini.
Masjid
Arrahmah ini berdiri di kawasan Jeddah Corniche atau Jeddah Kurnis, kawasan
baru yang dikembangkan oleh otoritas setempat sebagai kawasan wisata
disepanjang pantai laut merah. Laut merah-nya sendiri memang disebutkan dalam
Al-Qur’an dalam kisah Nabi Musa A.S. yang dikejar oleh Fir’aun dan tentaranya
kemudian atas izin Allah S.W.T beliau berhasil menyeberangi laut merah yang
terbelah hingga selamat sampai ke Palestina bersama para pengikut setianya, sedangkan
Fir’aun dan bala tentaranya tewas ditelah oleh laut merah.
Kota
Jeddah sendiri sudah berdiri sejak sebelum Islam, namun titik awal perkembangan
pesat kota ini terjadi pada masa pemerihan Khalifah Usman Bin Affan, Khalifah
ke-tiga dari jajaran Khulafaur Rasyidin. Di tahun ke 26 Hijriah atau bertepatan
dengan tahun 647M. Beliau yang pertama kali menjadikan kota Jeddah sebagai kota
pelabuhan laut internasional bagi jemaah haji yang yang datang dari seluruh
penjuru dunia, menjadikan Jeddah sebagai gerbang utama bagi para calhaj untuk
menuju ke Mekah dan Madinah karenanya kota Jeddah juga mendapatkan julukan
sebagai “pintu gerbang dua tanah haram”.
Kota
Jeddah juga sangat terkenal sebagai tempat peristirahatan terahir ibu semua
manusia, Siti Hawa, Istri dari Nabi Adam A.S. karenanya Jeddah sendiri
seringkali diartikan sebagai ‘nenek’ dalam kaitannya dengan sejarah tersebut.
Makam Bunda Hawa berada di kawasan pemakaman kuno di pusat kota Jeddah. Makam
ini dikenal sebagai Moqbara Umna Hawwa (makamnya bunda Hawa). Meskipun begitu
banyak aturan yang harus dipatuhi saat berziarah ke makam ini, diantaranya
adalah dilarang membawa kamera, video dan alat perekam lainnya dan wanita
dilarang masuk ke areal pemakaman tersebut.
Seperti
halnya kota metropolitan lainnya di bagian dunia yang lain, kota Jeddah juga
senantiasa bersolek, kawasan kurnis kota Jeddah tempat masjid terapung ini
berada merupakan salah satu kawasan yang di tata begitu indah dan sangata
menawan. Wajar bila kemudian kota Jeddah pun mendapat julukan sebagai
“pengantin perempuannya laut merah”, dan mengingat kota ini begitu ramai sejak
masa ke khalifahan, kota Jeddah pun mendapat julukan sebagai "Kota di
tengah Pasar".
Kawasan
Kurnis Kota Jeddah
Pemerintah
Saudi Arabia menyulap kawasan pantai kota Jeddah yang menghadap ke Laut Merah
menjadi sebuah kawasan kota baru yang terkenal dengan sebutan Jeddah cornice. Kata
Kurnis atau Corniche berasal dari bahasa Prancis route à corniche yang bermakna
ruas jalanan ditepian terjal. Namun kemudian
kata kurnis itu sendiri bergeser makna menjadi sebuah kawasan terbuka yang luas
di tepian badan air. Ada banyak tempat seperti ini yang terkenal diantaranya
adalah Corniche of beirut di Libanon, corniche of Alexandria di Mesir, dan tentu saja adalah
Corniche of Jeddah ini.
Proyek
pengembangan kawasan kurnis kota Jeddah ini berhasil menyabet penghargaan 'Big Project Middle East Award' di bulan Desember 2012 yang
diselenggarakan oleh Big Project Middle East Magazine, yang memberikan
penghargaan bagi perusahaan ataupun individu yang telah berkontribusi bagi
pembangunan dan industry yang berkelanjutan di negara negara teluk.
Masjid
Ar-Rahmah ini bukanlah satu satunya masjid yang ada di kawasan Kurnis kota
Jeddah. Tapi ada beberapa masjid lainnya yang berukuran lebih kecil dibangun di
sepenjang pantai tersebut sebagai fasilitas keagamaan bagi muslim mana saja
yang sedang berada di kawasan tersebut. Diantara masjid masjid tersebut adalah
Island Mosque atau Masjid Pulau, Masjid Ruwais dan masjid Kurnis yang semuanya
berhasil mendapatkan penghargaan dari Aga Khan Award of Architecture.
Masjid
Terapung Kota Jeddah
Meskipun
begitu banyak ulasan terkait masjid terapung kota Jeddah yang satu ini. namun
sangat sedikit informasi yang menjelaskan lebih detil tentang sejarah
pembangunannya. Berbagai sumber tulisan yang ada di dunia maya menyebutkan
bahwa masjid ini dibangun oleh seorang janda kaya kota Jeddah, namun sama
sekali tak menyebut siapa namanya, kapan dibangunnya dan berapa biaya yang
dihabiskan untuk proyek pembangunannya. Namun satu hal yang pasti bahwa
pembangunan masjid ini telah menjadi inspirasi banyak negara untuk membangun
masjid serupa.
Nama Masjid Terapung kota Jeddah
Masjid
Terapung kota Jeddah yang kita ulas ini pada awalnya diberi nama “Masjid
Fatimah”. Fatimah yang dimaksud adalah nama Ibunda dari pembangun masjid ini,
tak kaitannya dengan Fatimah Az-Zahra putrid Nabi dan tak ada kaitannya dengan
sejarah Islam ataupun sejarah Saudi Arabia. Namun dikemudian hari masyarakat
luas mengait ngaitkan nama tersebut dengan ‘Fatimah Az-Zahra” putri Rosulullah
S.A.W. Keberadaan masjid ini pun seakan akan ada kaitannya dengan putri nabi
dan sejarah Islam.
Untuk
mencegah salah penafsiran yang berkepanjangan, ditambah dengan kenyataan bahwa
masjid ini telah menjadi salah satu kunjungan pavorit jemaah dari Asia
(termasuk Indonesia) serta terutama dari Iran, serta untuk meluruskan
informasi, maka pada bulan Desember tahun 2010 lalu pemerintah kota Jeddah
mengubah nama masjid ini dari “Masjid Fatimah” menjadi “Masjid Arrahmah”.
Jemaah Sholat Ganda di Masjid Arrahmah
Boleh
jadi masjid ini satu satunya masjid di dunia yang pengurusnya sampai sampai
memasang larangan sholat berjamaah lebih dari satu kelompok, menggunakan
pengumuman permanen yang dipasang di dalam masjid. mungkin karena jemaah haji
dan umroh yang datang ke Saudi Arabia datang dalam kelompok kelompok sesuai
dengan agen perjalanannya sehingga masing masing mereka melaksanakan sholat berjamaah
di dalam masjid dalam masing masing kelompok dan enggan bergabung dengan jemaah
yang sudah ada dan sedang berlangsung di dalam masjid. Padahal hal tersebut
tidak diperbolehkan. Semestinya jika didalam masjid tersebut telah ada group
sholat berjammah maka anda tinggal mengikuti jammaah tersebut, jika tertinggal
rakaatnya tinggal (masbuk) tinggal melanjutkan sejumlah rakaat yang telah
tertinggal.
Daya Tarik Masjid Arrahmah
Masjid
berukuran sekitar 20 x 30 meter ini memang cukup menarik untuk dikunjungi. Bagian
dalam masjid dihias dengan banyak tulisan kaligrafi. Bukan hanya Masjid
Terapung yang bisa dinikmati, air Laut Merah pun menjadi objek favorit jemaah. Bangunan
masjid yang menggabungkan arsitektur modern dan seni bangunan Islam kuno. Memiliki
ruang sholat yang luas dengan dekorasi sangat indah, dilengkapi peralatan
berteknologi terbaru terutama dalam hal sound system. Sementara selama musim dingin, disediakan keran-keran air hangat.
No comments:
Post a Comment